Taliid Card, Jakarta – Puasa setengah bulan Sayaban atau dikenal dengan puasa setengah bulan Sayaban merupakan salah satu amalan ibadah sunnah dalam Islam. Aturan puasa Nisfu Syaban didasarkan pada hadis Rasulullah yang menunjukkan pentingnya ibadah di malam hari dan puasa di siang hari.
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menyebutkan puasa Nisfu Sayaban merupakan bagian dari tradisi tercinta Rasulullah, sebagaimana tertuang dalam buku Nihayat al-Zain karya Syekh Nawawi al-Bantani.
Puasa Nisfu Syaban jatuh pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Syaban penanggalan Hijriah. Meski puasa ini tidak wajib, namun umat Islam dianjurkan melakukannya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aturan puasa Nisfu Sayaban merupakan Sunnah Muqdah atau Sunnah yang sangat ditegaskan, dan termasuk dalam kategori puasa Tathawu atau Sunnah.
Selain puasa pada Nisfu Syaban, muncul juga perdebatan mengenai hukum puasa setelah Nisfu Syaban. Beberapa ulama memberikan pandangan berbeda mengenai masalah ini, khususnya dari mazhab Imam Syafi’i. Meskipun demikian, sebagian besar ulama menyatakan bahwa dianjurkan untuk berpuasa bahkan setelah Nisfu Shaban.
Berikut ulasan Taliid Card lebih mendalam mengenai puasa Nisfu Syaban dan seterusnya, Selasa (27/2/2024).
Puasa Nisfu Sayaban merupakan salah satu ibadah yang diselenggarakan dalam Islam. Seperti yang ditulis Dara dalam buku Dakwah Kreatif Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sayaban. Pak Udji Aisah, MC, puasa ini adalah bagian dari puasa Tathavu.’ Aturan puasa Nisfu Sayaban adalah Sunnah.
Puasa Nisfu Sayaban mempunyai kedudukan penting sebagai pendahulu puasa Ramadhan, sebagaimana terlihat dalam hadits riwayat Isaiyah RA. Beliau bersabda bahwa Nabi Muhammad SAW tidak berpuasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan yang paling banyak Nabi SAW berpuasa di luar bulan Ramadhan.
Aisha berkata: “Saya belum pernah melihat Rasulullah, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian. Puasa sebulan penuh, kecuali bulan Ramadhan, dan tidak ada bulan yang Nabi SAW berpuasa lebih lama dari bulan Sya’ban. » (HR. Bukhari no. 1869)
Menurut hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nabi SAW menganjurkan umatnya untuk beribadah pada malam Nisfu Syaban dan berpuasa pada hari itu. Hal ini menegaskan pentingnya puasa pada hari ini. Nisfu Sayaban membawa keberuntungan dengan cepat
Ini A. Shobari menyatakan dalam bukunya Kunchi-Kunchi Surga bahwa puasa separuh bulan Sya’ban mendatangkan rejeki, karena Allah SWT telah mengharamkan jenazah orang yang berpuasa di bulan Sya’ban untuk merasakan panasnya Api Neraka. Hal ini menunjukkan bahwa puasa Nisfu Sayaban merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah SWT.
Bulan Sya’ban jatuh di antara dua bulan utama yaitu Rajab dan Ramadhan. Meskipun hukum puasa Nisfu Syaban adalah Sunnah, namun memegang peranan penting dalam menutupi tidak adanya kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Aisha RA disebutkan bahwa Nabi SAW biasa melakukan puasa Nisfu Sayaban secara rutin. Nabi Sahib berpuasa beberapa hari hingga diyakini akan terus melakukannya.
“Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan memberinya kedamaian, berpuasa beberapa hari sampai kami mengira dia akan terus melakukannya. Kemudian Rasulullah, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, berpuasa selama beberapa hari. tidak berpuasa selama sehari dan kami mengira dia tidak akan berpuasa lagi. Saya belum pernah melihat Rasulullah SAW menyelesaikan puasanya selama sebulan di bulan Ramadhan dan saya belum pernah melihatnya berpuasa. sebanyak bulan ini. Bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban.” (HR Abu Dawud).
Namun, ia juga tidak berpuasa selama beberapa hari sehingga menimbulkan kesan tidak akan melanjutkan puasanya. Aisyah RA mencatat bahwa Nabi SAW tidak pernah menuntaskan puasanya selama sebulan kecuali pada bulan Ramadhan, dan puasanya pada bulan Sya’ban tidak pernah secepat bulan tersebut.
Amalan puasa Nisfu Sayaban merupakan salah satu sunnah yang dianjurkan dalam Islam. Dengan menjalankan puasa ini, umat Islam dapat memperoleh keberkahan, ampunan dan rejeki dari Allah SWT. Puasa Nisfu Sayaban juga merupakan bagian dari persiapan spiritual umat Islam menjelang bulan suci Ramadhan, sebagai waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai ibadah.
Puasa Nisfu Syaban merupakan amalan Sunnah yang dilaksanakan selama tiga hari, yakni pada tanggal 13, 14, dan 15 Syaban penanggalan Hijriah. Dalil puasa pada periode ini diperkuat dengan hadis riwayat Abu Salamah dari Aisyah Ra’, dimana Nabi Muhammad saw.
Dalam riwayat lain Yesaya RA juga mengungkapkan bahwa Nabi SAW tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Sya’ban, hal ini menandakan pentingnya puasa bulan ini dalam amalan ibadah Nabi SAW.
“Aku tidak pernah melihat beliau (Rasulullah) berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Sya’ban. Dia berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya’ban, dia berpuasa pada bulan Sya’ban kecuali beberapa hari. tidak berpuasa). (S.R. Ibnu Majah).
Penting untuk dipahami bahwa puasa Nisfu Sayaban bukanlah suatu kewajiban melainkan amalan sunnah yang dianjurkan. Dengan menjalankan puasa ini, umat Islam mempunyai kebebasan untuk memilih apakah akan berpuasa atau tidak. Namun memperbanyak ibadah di bulan ini diyakini akan mendatangkan keberkahan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa Nisfu Syaban di hari Jumat
Mengenai penerapan puasa Nisfu Sya’ban pada hari Jumat, sebagian ulama berpendapat bahwa puasa khitanan, termasuk puasa Nisfu Sya’ban, tidak boleh dilakukan pada hari Jumat khusus, kecuali jika tidak digabungkan dengan puasa lain seperti Puasa Daud atau Puasa Nisfu Sya’ban. Puasa Nazar.
Padahal, hari Jumat merupakan hari yang memiliki ciri khas tersendiri dan puasa yang dianjurkan pada hari ini adalah puasa wajib seperti puasa Ramadhan atau puasa Mu’ayna.
Dalam pelaksanaannya, puasa Nisfu Sayaban dilakukan sama seperti puasa sunnah pada umumnya, kecuali niat. Niat puasa Nisfu Sayaban diungkapkan melalui ungkapan yang menyatakan bahwa puasa dilakukan sebagai ibadah sunnah karena Allah SWT. Niat ini merupakan hakikat pelaksanaan puasa dan mewakili tujuan suci dalam menjalankan ibadah.
Sebagaimana diungkapkan dalam berbagai literatur agama, puasa Nisfu Sayaban tidak hanya sekedar ibadah tetapi juga sebagai sarana meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Membaca niat puasa Syaban
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaytu Shawma Ghadin ‘an Adai Sunnati Say’bana Lillahi Ta’ala.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Sya’ban besok karena Allah Ta’ala. »
Hukum puasa pasca Nisfu Sayaban menjadi perdebatan di kalangan ulama yang berbeda pendapat di mazhab Imam Syafi’i. Menurut penjelasan Bua Yahya di YouTube Al Bahajah TV, bagi yang belum terbiasa berpuasa sebelum separuh bulan Sya’ban dan tidak mempunyai qaza untuk berpuasa Ramadhan, di madrasah ‘Imam Sayafi’ ada dua Rawas. . . Tentang hukum puasa setelah setengah bulan Syaban.
Ada yang berpendapat puasa setelah Nisfu Syaban haram, ada pula yang berpendapat makruh.
Bua Yahya kemudian memberikan penjelasan lain bahwa Jamahur Ulama atau mayoritas ulama mengatakan puasa setelah Nisfu Sayaban selalu Sunnah. Meski terdapat perbedaan pendapat di lingkungan mazhab Imam Syafi’i, namun umat Islam mempunyai kebebasan memilih apakah ingin berpuasa setelah Nisfu Sya’ban atau tidak.
Menanggapi hal tersebut, Bua Yahya berpesan kepada umat Islam yang ingin berpuasa setelah Nisfu Sayaban agar melakukannya dengan cara yang benar sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Nabi pernah berpesan untuk tidak berpuasa satu atau dua hari setelah Nisfu Syaban sebelum bulan Ramadhan, kecuali bagi laki-laki yang sudah berpuasa.
Sementara itu, sebagian ulama seperti Syaikh Wahbab al-Zuhaily melarang puasa setelah Nisfu Syaban dengan alasan hari tersebut dianggap sebagai hari keraguan atau kecurigaan. Orang yang berpuasa setelah Nisfu Sya’ban dikhawatirkan tidak menyadari datangnya bulan Ramadhan, sehingga dapat menyebabkan ketidaksesuaian puasa dengan Sunnah Sya’ban.
Al-Syafiyyah berkata: Puasa pada paruh terakhir bulan Syaban, yaitu hari Asy-Shak, dilarang, kecuali jika Tuhan berpuasa pada hari fajar, atau berpuasa pada hari Fitri, atau dibiasakan berpuasa pada hari tersebut. tidak Hari yang tetap seperti dua hari, maka jatuh setelah setengahnya, atau janjinya lunas dalam kewajibannya, atau wajib, atau penebusan, atau وصل صوم ما بدون نصف بما قبله ولو بيوم نص. Nama Panggilan: إدي انتصف شعبان فلا سوموا, ولم تعامبه حنابلة على لحاف ظة في الحديث في Ahmad
Arti:
“Para ulama mazhab Syafi’i mengatakan bahwa puasa setelah pertengahan Sya’ban haram karena termasuk hari Ragu-ragu, kecuali ada alasan khusus, misalnya orang yang terbiasa puasa Dahr, puasa Dawud. , Puasa Senin Kamis, Puasa Nadzar, Puasa Qaza, baik yang wajib maupun sunnah, dengan syarat puasa setelah puasa mati dan setengah bulan Syaban, meskipun setengah hari Syaban. Shaban, sebaiknya jangan berpuasa .Hadits ini belum digunakan oleh ulama mazhab Hanbali, dan selebihnya karena lemah menurut Imam Ahmad.